AYO GABUNG KE "AL-HANIF EDUCATION"

"ASSALAAMU'ALAIKUM WR. WB. SAHABAT.. SELAMAT DATANG DI AL-HANIF EDUCATION.. SOLUSI CERDAS TUK JADI SANG JUARA.. bersama GURU AHLI : AFNI NURFITA, S.Si."

Kamis, 29 September 2016

Taatilah Allah & Rasul-Nya

  Dari Abu Hurairah, 'Abdurrahman bin Shakhr radhiallahu 'anh, ia berkata : 
Aku mendengar Rasulullah bersabda : 
"Apa saja yang aku larang kamu melaksanakannya, hendaklah kamu jauhi dan apa saja yang aku perintahkan kepadamu, maka lakukanlah menurut kemampuan kamu. Sesungguhnya kehancuran umat-umat sebelum kamu adalah karena banyak bertanya dan menyalahi nabi-nabi mereka (tidak mau taat dan patuh)"
(Bukhari no. 7288, Muslim no. 1337)
 
Hadits tersebut terdapat dalam kitab Muslim dari Abu Hurairah, ia berkata : “Rasulullah berkhutbah dihadapan kami, sabda beliau : Wahai manusia, Allah telah mewajibkan kepada kamu haji, karena itu berhajilah, lalu seseorang bertanya : Wahai Rasulullah… apakah setiap tahun ?, Rasulullah diam, sampai orang itu bertanya tiga kali, lalu Rasulullah bersabda : Kalau aku katakana “ya” niscaya menjadi wajib dan kamu tidak akan sanggup melakukannya, kemudian beliau bersabda lagi :Biarkanlah aku dengan apa yang aku diamkan, karena kehancuran umat-umat sebelum kamu adalah karena banyak bertanya dan menyalahi nabi-nabi mereka. Maka jika aku perintahkan melakukan sesuatu, kerjakanlah menurut kemampuan kamu, tetapi jika aku melarang kamu melakukan sesuatu, maka tinggalkanlah. Laki-laki yang bertanya kepada Rasulullah adalah Aqra’ bin Habits, demikianlah menurut suatu riwayat.

Para ahli ushul fiqh mempersoalkan perintah dalam agama, apakah perintah itu harus dilakukan berulang-ulang ataukah tidak. Sebagian besar ahli fiqh dan ahli ilmu kalam menyatakan tidak wajib berulang-ulang. Akan tetapi yang lain tidak menyatakan setuju atau menolak, tetapi menunggu penjelasan selanjutnya. Hadits ini dijadikan dalil bagi mereka yang bersikap menanti (netral), karena sahabat tersebut bertanya “Apakah setiap tahun?” sekiranya perintah itu dengan sendirinya mengharuskan pelaksanaan berulang-ulang atau tidak, tentu Rasulullah tidak menjawab dengan kata-kata “Kalau aku katakan “ya”, niscaya menjadi wajib dan kamu tidak akan sanggup melakukannya” Bahkan tidak ada gunanya hal tersebut ditanyakan. Akan tetapi secara umum perintah itu mengandung pengertian tidak perlu dilaksanakan berulang-ulang. Kaum muslim sepakat bahwa menurut agama, bahwa haji itu hanya wajib dilakukan satu kali seumur hidup.

Kalimat, “Biarkanlah aku dengan apa yang aku diamkan” secara formal menunjukkan bahwa setiap perintah agama tidaklah wajib dilaksanakan berulang-ulang, kalimat ini juga menunjukkan bahwa pada asalnya tidak ada kewajiban melaksanakan ibadah sampai datang keterangan agama. Hal ini merupakan prinsip yang benar dalam pandangan sebagian besar ahli fiqh.

Kalimat, “Kalau aku katakan “ya” tentu menjadi wajib” menjadi alasan bagi pemahaman para salafush sholih bahwa Rasulullah mempunyai wewenang berijtihad dalam masalah hukum dan tidak diisyaratkan keputusan hukum itu harus dengan wahyu.

Kalimat, “apa saja yang aku perintahkan kepadamu, maka lakukanlah menurut kemampuan kamu” merupakan kalimat yang singkat namun padat dan menjadi salah satu prinsip penting dalam Islam, termasuk dalam prinsip ini adalah masalah-masalah hukum yang tidak terhitung banyaknya, diantaranya adalah sholat, contohnya pada ibadah sholat, bila seseorang tidak mampu melaksanakan sebagian dari rukun atau sebagian dari syaratnya, maka hendaklah ia lakukan apa yang dia mampu. Begitu pula dalam membayar zakat fitrah untuk orang-orang yang menjadi tanggungannya, bila tidak bisa membayar semuanya, maka hendaklah ia keluarkan semampunya, juga dalam memberantas kemungkaran, jika tidak dapat memberantas semuanya, maka hendaklah ia lakukan semampunya dan masalah-masalah lain yang tidak terbatas banyaknya. Pembahasan semacam ini telah populer didalam kitab-kitab fiqh. Hadits diatas sejalan dengan firman Allah, QS. At-Taghabun 64:16, “Maka bertaqwalah kepada Allah menurut kemampuan kamu” Adapun firman Allah, QS. Ali ‘Imraan 3:102, “Wahai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dengan taqwa yang sungguh-sungguh” ada yang berpendapat telah terhapus oleh ayat diatas. Sebagian ulama berkata : Yang benar ayat tersebut tidak terhapus bahkan menjelaskan dan menafsirkan apa yang dimaksud dengan taqwa yang sungguh-sungguh, yaitu melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan Allah, dan Allah memerintahkan melakukan sesuatu menurut kemampuan, karena Allah berfirman, QS. Al-Baqarah 2:286, “Allah tidak membebani seseorang diluar kemampuannya” dan firman Allah dalam QS. Al-Hajj 22:78, “Allah tidak membebankan kesulitan kepada kamu dalam menjalankan agama”

Kalimat, “apasaja yang aku larang kamu melaksanakannya, hendaklah kamu jauhi” maka hal ini menunjukkan adanya sifat mutlak, kecuali apabila seseorang mengalami rintangan /udzur dibolehkan melanggarnya, seperti dibolehkan makan bangkai dalam keadaan darurat, dalam keadaan seperti ini perbuatan semacam itu menjadi tidak dilarang. Akan tetapi dalam keadaan tidak darurat hal tersebut harus dijauhi karena ada larangan. Seseorang tidak dapat dikatakan menjauhi larangan jika hanya menjauhi larangan tersebut dalam selang waktu tertentu saja, berbeda dengan hal melaksanakan perintah, yang mana sekali saja dilaksanakan sudah terpenuhi. Inilah prinsip yang berlaku dalam memahami perintah secara umum, apakah suatu perintah harus segera dilakukan atau boleh ditunda, atau cukup sekali atau berulang kali, maka hadits ini mengandung berbagai macam pembahasan fiqh.

Kalimat, “Sesungguhnya kehancuran umat-umat sebelum kamu adalah karena banyak bertanya dan menyalahi nabi-nabi mereka” disebutkan setelah kalimat, “biarkanlah aku dengan apa yang aku diamkan kepada kamu” maksudnya ialah kamu jangan banyak bertanya sehingga menimbulkan jawaban yang bermacam-macam, menyerupai peristiwa yang terjadi pada bani Israil, tatkala mereka diperintahkan menyembelih seekor sapi yang seandainya mereka mengikuti perintah itu dan segera menyembelih sapi seadanya, niscaya mereka dikatakan telah menaatinya.
Akan tetapi, karena mereka banyak bertanya dan mempersulit diri sendiri, maka mereka akhirnya dipersulit dan dicela. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam khawatir hal semacam ini terjadi pada umatny

Minggu, 21 Agustus 2016

Jalani Hidup ini dengan Rumus "PATUH"



Rumus “PATUH” :



Pahami sebelum berbuat
   Sebelum beraktivitas apapun, pastikan kita sudah memahami teorinya & ilmunya

Adakan perencanaan & persiapan secara matang (analisis SWOT)
   Segala sesuatu perlu kita rencanakan dan persiapkan dg matang, sehingga tidak glusa glusu

Tak melakukan sebelum Cek & Recek
   Jangan meremehkan cek dan recek, karena dengannya dapat membantu hal2 yang terlupa

Untuk keselamatan dan kesuksesan, lakukanlah sesuai dengan prosedur dan aturan (SOP)
   Peraturan dibuat bukanlah untuk dilanggar tapi perlu ditaati unt keselamatan bersama 
Hilangkan pelanggaran sekecil apapun
   Semakin sedikit pelanggaran akan semakin mudah meraih kesuksesan, karena tidak terhambat dengan pelanggaran-pelanggaran yang sebenarnya akan menyengsarakan diri sendiri. 


Pelajar & Mahasiswa yang PATUH in sya Allah akan SUKSES hidupnya
Guru & Dosen yang PATUH in sya Allah akan SUKSES karirnya
Pengusaha yang PATUH in sya Allah akan SUKSES usahanya
Pejabat yang PATUH in sya Allah akan dicintai rakyatnya
Masyarakat/Bangsa yang PATUH in sya Allah akan SUKSES pula hidupnya


Rabu, 11 Mei 2016

CERDAS saja BELUM cukup..



 CERDAS adalah kata-kata yang sering diunggul-unggulkan para pendidik dan kebanyakkan orang.
memang kecerdasan sangatlah penting bagi pencapaian keberhasilan di masa depan, akan tetapi tidak cukup hanya cerdas, sebab masih ada 2 bagian lain yang harus dipenuhi pula untuk menggapai keberhasilan, 
yakni Kebenaran Konsep Hidup (baca : managemen hati & moralitas) & Kesehatan Jasmani

·      Akalnya Cerdas, Sehat, tapi Tidak Benar = TERSESAT
·      Akalnya Cerdas, Benar, tapi Tidak Sehat = LEMAH
·      Fisiknya Sehat, Benar, tapi Tidak Cerdas = MINDER


MAKA, yuuk MENATA HIDUP SEIMBANG.. 

“SEHAT JASMANI, AKAL CERDAS & IMAN TAQWA KUAT”

UN, CAPA TAKUT ?!!



AGAR ANANDA (PELAJAR) DAPAT 
SUKSES UJIAN NASIONAL (UN) 
nih ada beberapa tips biar SUKSES :

 
  1. PERKUAT RUHIYAH (IMAN & ISLAM) 
  2. MAKSIMALKAN IKHTIAR/USAHA
  3. BERANI JUJUR & PERCAYA DIRI
  4. BANYAK BERDO’A 
  5. TAWAKKAL, YAKIN KEPADA ALLOH SWT

3 Potensi Manusia



Kawan AE yang Budiman..

Mungkin kegelisahan, kegalauan seringkali muncul dalam diri kita.
rasa pesimistis membuat hidup serasa tak berharga..
Mari coba ingatlah, Allah Swt menciptakan kita/manusia dengan 3 potensi yang hebat, yakni :
 
1.       Jasad :
9.  Dan kami jadikan tidurmu untuk istirahat,
(An-Naba:9)
Rasulullah saw : Mukmin yang kuat itu lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada mukmin yang lemah (fisik). HR. Muslim
2.       Akal
Yang membedakan manusia dan hewan adalah akal.
Dengan akal manusia mampu mengetahui hakikat sesuatu, mencegah kejahatan/perbuatan buruk.
Diantara dalil :
Sebagai kholifah fil ardhi (Al-Baqarah : 30)
Pemimpin hanya akan adil kalau memimpin dengan akal sehat.
3.       Ruh (jiwa atau hati)
Pemenuhan kebutuhan ruhani sangat penting agar tetap bersemangat hidup dan dapat mengemban amanah dengan baik.
Dengan cara :
Dzikrullah :
28.  (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, Hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.

Ruhiyah berkaitan dengan iman taqwa kita, tanpa adanya iman taqwa semuanya akan sia-sia..

Contoh tidak tawazun/seimbang :
atheis (tidak mengakui Alloh, hanya bersandar pd akal semata), materialis (mementingkan masalah jasad dan harta saja), pantheis (mengandalkan batin/hatinya semata).


Semoga kita senantiasa menjadi pribadi yang tawazun dan selalu istiqomah dalam Islam, sehingga mampu menghantarkan kepada kesuksesan dunia dan akhirat,  
aamiin..