AYO GABUNG KE "AL-HANIF EDUCATION"

"ASSALAAMU'ALAIKUM WR. WB. SAHABAT.. SELAMAT DATANG DI AL-HANIF EDUCATION.. SOLUSI CERDAS TUK JADI SANG JUARA.. bersama GURU AHLI : AFNI NURFITA, S.Si."

Kamis, 06 November 2014

Membina Kualitas



“…Betapa banyak kelompok kecil mengalahkan kelompok besar dengan izin Allāh, dan Allāh bersama orang-orang yang sabar.”
(Al-Baqarah [2]: 249)


Sahabat, kalau kita perhatikan dimana-mana di sekitar kita, sering kita mendengar kualitas diunggulkan daripada kuantitas, namun bukan berarti kualitas tidak memerlukan kualitas. Suatu saat para penjual atau pedagang yang ingin barang dagangannya laku keras –biasanya– akan mengatakan: “Kualitas terjamin!” Penegasan bahwa mutu barang yang dijualnya tidak diragukan. Benar bahwa seringkali apa yang diucapkan tidak sepenuhnya sesuai dengan kenyataan. Tetapi menurut saya, manusia akan merasa senang membeli barang yang (dijamin) berkualitas tinggi. Kualitas yang baik biasanya disertai kauntitas yang baik pula. Dan tidak berlaku sebaliknya. Makanya sampai saat ini saya belum pernah mendengar pedagang berteriak: “Kuantitas terjamin!”
Ketika kualitas dan kuantitas bisa sama-sama baik tentu ini adalah sebuah idealisme. Masalahnya, tidak semua hal termasuk manusia sebagai subyek bisa selalu idealis. Kalau tidak bisa bersikap idealis maka setidaknya memilih yang mungkin alias realistis. Dalam suasana dimana manusia harus memilih antara kualitas dan kuantitas, menurut saya pilihan akan lebih banyak jatuh pada opsi pertama, kualitas. Tentu, dalam kasus lain dan dengan pertimbangan kemaslahatan kuantitas bisa menggantikan posisi kualitas.
Dalam al-Qur’ân ada kisah yang sangat menarik untuk dijadikan tamsil dalam masalah ini. Ketika Thalut dan bala tentaranya menyaksikan kedigdayaan pasukan Jalut, seketika mereka pesimistis. Seolah tidak ada lagi kekuatan bagi mereka untuk perang melawan Jalut dan tentaranya. Namun, orang-orang yang yakin akan berjumpa dengan Tuhannya benar-benar optimistis akan ke-MahaBesaran-Nya. “Betapa banyak kelompok kecil (fi-ah qalīlah) mengalahkan kelompok besar (fi-ah katsīrah) dengan izin Allāh,” kata mereka.
Dalam perang Badar –misalnya–, jumlah kaum muslim sangat minimalis dibanding dengan serdadu lawan. Kaum muslim hanya berjumlah 313 orang sementara lawannya sekitar 1000 orang. Beruntungnya, –atas pertolongan Allāh– jumlah yang hanya kurang dari sepertiga total lawan itu bisa memenangi perang. Dalam perang tersebut, seorang muslim paling tidak bisa mengalahkan 3 musuhnya. Pasukan yang berkulitas tinggi memang akan menang melawan pasukan yang jauh lebih besar kuantitasnya namun dengan kualitas yang sebaliknya.
Sahabat, mari kita merenungkan dalam membangun sumber daya manusia sangat tidak mudah namun perlu optimis, dan memperhatikan cara meningkatkan kualitas. Kemudian kuantitas yang banyak juga sangat penting, asalkan berkualitas.